Senin, 19 Juli 2021

Laporan Hasil Bacaan, Senin, 19 Juli 2021

 Laporan Hasil Bacaan, Senin, 19 Juli 2021

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Halo teman-teman

Perkenalkan Nama saya Anis Hasanah, NIM 11811066,  kelas B, Semester 6, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak.

Blog ini dibuat dan ditulis untuk pemenuhan tugas mingguan terkait laporan hasil bacaan pribadi pada mata kuliah Magang 2 yang diampu oleh Ibu Farninda Aditya, M. Pd.

Semoga Bermanfaat.

Pekan lalu saya udah menuliskan blog tentang media pembelajaran dan teknologi pendidikan, sub bahasan pekan lalu yakni sejarah singkat penggunaan media dalam pembelajaran, pengertian media dan teknologi serta perbedaannya, landasan teoritis penggunaan media dan teknologi dalam pembelajaran. Nah, kali ini saya akan melanjutkan pembahasan tentang Media Pembelajaran dan Teknologi Pendidikan.

Media Pembelajaran dan Teknologi Pendidikan

A.    Karakteristik Media Pendidikan

Gerlach dan El sebagaimana dikutip Arsyad (2011, hlm. 12-14) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.

1.      Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merkam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu pristiwa atau objek dapaat di urut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer dan filem.Suatu obejek yang telah di ambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan cirri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obejek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tana mengena waktu.

Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Pristiwa yang kejadiannya yang sekali (hanya satu dekade atau satu abad) dapat di abadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran. Prosedur laborstorium yang rumit dapat direkam dan di atur untuk kemudian direproduksi berapa kalipun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok.

2.      Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepda siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknuk pengambilan gambar time lapse recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya, proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamatai melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media. Demikian pula, suatu aksi gerakan dapat direkam dengan foto kamera untuk foto. Pda rekaman gambar hidup, (video, motion film) kejadian dapat diputar mundur. Media (rekaman video atau audio) dapat di edit sehingga guru hanya menampilkan bagian-bagian penting/ ulama dari ceramah, pidato, atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian-bagian yng tidak diperlukan. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsirn yang tertentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan.

Manipulasi kejadian atau objek dangan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu. Proses penanaman dan panen gandum, pengelolahan gandum menjadi tepung, dan penggunaan tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat waktunya dalam suatau urutan rekaman video atau filem yang mampu menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk mengetahui asal-usul dan proses dari penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti.

3.      Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dangan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah didalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misaknya rekaman video, audio, disket komputerdapat disebar keseluruh penjuru tempat yang di inginkan kapan saja.

Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat diproduksi seberapa kalipun dan dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yng telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.

Ciri-ciri umum batasan konsep tentang media antara lain[1]:

a.      Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. Hal inilah yang disebut dengan sarana dan peralatan untuk menyajikan/ membawa pesan.

b.      Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dewasa ini dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa berupa bahan ajar atau informasi belajar

c.       Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

d.     Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas

e.      Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

f.        Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP) atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder)

g.      Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

 

B.     Kategori Dasar Media yang Digunakan dalam Belajar

Terdapat setidaknya 6 kategori media yang biasa digunakan dalam pembelajaran[2]. Media yang paling umum adalah teks. Teks merupakan karakter alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam format apapun—buku, poster, papan tulis, layar komputer, dan sebagainya. Media lainnya adalah Audio. Audio mencakup apa saja yang dapat di dengar—suara orang, musik, suara mekanis, dan suara lainnya. Suara tersebut bisa langsung terdengar atau di rekam. Visual, visual rutin digunakan untuk memicu belajar. Visual meliputi diagram pada sebuah poster, gambar pada papan tulis dan gambar yang lainnya. Video, ini menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer dan sebagainya. sekimpulan benda-benda yang sering kali tidak termasuk media adalah model dan benda sebenarnya. Perekayasa, bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang oleh para siswa. Dan kategori keenam dari media adalah orang-orang, ini bisa berupa guru, siswa atau ahli bidang studi.

 

C.    Hakikat dan Tujuan Penggunaan Media dan Teknologi Pembelajaran

Media dan alat bantu pendidikan disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu (pelajaran) maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan utnuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi (pemahaman).[3]

Secara sederhana, kehadiran media dalam suatu kegiatan pembelajaran memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut[4].

a.       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

b.      Media yang disajikan dapat melampaui batasan ruang kelas.

c.       Media pebelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya

d.      Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan siswa

e.       Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat menanamkan konsep dasar yang konkret, benar dan berpijak dalam realitas.

f.       Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik.

g.      Media pelajaran harus meningkatkan motivasi siswa dan keinginan untuk belajar. Penggunaan media harus merangsang siswa untuk mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberi rangsangan baru.

h.      Media pembelajaran yang baik akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga mendorong mahasiswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

 

 

 

D.    Urgensi Penggunaan Media Pembelajaran

Berbagai penelitian mutakhir menunjukkan secara jelas bagaimana media mempegaruhi kognisi dan prestas belajar peserta didik. Terdapat hubungan signifikan antara penggunaan media dengan peningkatan hasil belajar. Kecenderungan peserta didik dalam menggunakan sosial media sangat tinggi khususnya dalam meningkatkan keterlibatan peserta didik, mendorong terbentuknya lingkungan belajar komunitas yang kolaboratif, dan mendorong terciptanya belajar dan mengajar secara aktif. Arsyad (2011: 12) menjabarkan empat alasan rasional mengapa media pembelajaran itu penting untuk digunakan dalam pembelajaran, yakni[5]:

1.      Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Salah satu faktor penting dalam membangun kualitas pendidikan adalah kualitas tenaga pendidika dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Guru seharusnya memiliki keterampilan yang memadai untuk mendesain, mengembangkan, dan memanfaatkan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan minat, perhatian dan motivasi belajar peserta didik. Dengan meningkatknya motivasi dan minat belajar, diharapka siswa dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah. Namu keterampilan guru di Indonesia pada umumnya masih rendah dan cenderung lebih senang menggunakan pendekatan yang berbasis pada guru dengan menerapkan metode ceramah daripada menggunakan pendekatan peserta didik dengan menerapkan aktivitas pembelajaran.

2.      Tuntutan Paradigma Baru.

Paradigma baru pendidikan mengharuskan tenaga pendidik berperan bukan hanya sekedar memindahkan pengetahuan kepada peserta didik atau sekedar memberi hafalan, melainkan juga harus menadi fasilitator, perancang pembelajaran, mediator, dan bahkan sebagai manajer dalam ruang kelas. Peserta didik diharapka bukan sekedar menghafal, mengerti dan menguasai isi pembelajaran, melainkan juga mampu menerapkan, menganalisis, mengevalusasi, dan bahkan menciptakan sesuatu yang dibutuhkan dalam dunia nyata.

Prinsip pembelajaran Merrill yang mencakup demonstrasi, aplikasi, prinsip berbasis pada tugas, aktivasi, dan integrasi perlu dijadikan pijakan untuk membangun pengetahuan yang sesuai dengan dunia nyata. Prinsip yang dimaksud mencangkup lima fase, yaitu (1) belajar difasilitasi bila peserta didik terlibat dalam strategi pembelajaran yang berpusat pada tugas. (2) belajar difasilitasi ketika pengetahuan diaktifkan sebagai dasr untuk mendapatkan pengetahuan baru, (3) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru didemonstrasikan pada peserta didik (4) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru diterapkan oleh peserta didik. (5) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru terintegrasi ke dalam dunia peserta didik. Artinya, media pembelajaran harus disesuiakan dengan tugas, sehingga mudah untuk diaktivasi, dilakukan, diintegrasikan, dan didemonstrasikan.

3.      Kebutuhan Pasar

Penggunaan media pembelajran harus sesuai dengan tuntutan dan kebuthan pasar agar llusan yang dihasilkan dapat mengikuti perkembagna zaman. Lembaga pendidikan seharusnya merancang media pembelajaran dengan mengkaji dan memahami perkembagna teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini. Sering terjadi, tenaga pendidik pada institusi pendidikan kalah cepat dengan derasnya arus kemajuan teknologi, akibatnya alumni yang dihasilkan tidak mampu berkompetisi dengan pasar kerja yang menyebabkan mereka lebih banya menganggur. Di sinilah pentingnya peserta dididk dibekali denga pembelajaran yang memanfaatkan aneka sumber belajar, alat peraga dan media pembelajaran mutakhir.

4.      Visi pendidikan Global.

Memasuki abad ke-21 sekarang ini, berbagai model pendidikan tradisional yang mengandalkan face to face memperlihatkan pergeseran yang hebat, di mana pendidikan jejaring (online) telah membawa dampak perubahan yang menantang. Lahirnya kecenderungan baru seperti bersekolah di rumah (home schooling), belajar mandiri (self-study) dan pendidikan jarak jauh (distant learning) telah menjadi kebanggaan tersendiri dan dipandang sebagai model pendidikan yang paling bergensi saat ini. Media Facebook, Twitter, Blog, Youtube, dan berbagai fasilitas permainan seolah menjadi tradisi baru dalam dunia anak-anak usia sekolah saat ini. Rumah yang berfungsi sebagai sekolah menjadi tren baru bagi kebanakan negara dan bahkan sudah terasa di beberapa kota di Indonesia.

Pembiayaan pendidikan seperti buku dan peralatan lain, pakaian seragam, biaya transportasi, biaya kursus atau les privat yang semakin tinggi serta politisasi pendidikan yang kurang berpihak pada masyarakat ditambah beban tugas seperti pekerjaan rumah, ujian lokal dan nasional, ketidakadilan penilaian dan berbagai permasalahan penddidkan lainnya membawa kejenuhan tersendiri bagi masyarakat. Di sisi lain, fasilitas internet seperti tumbuhnya warnet, cafe net dan bahkan RT-net telah memberi kemudahan tersendiri bagi semua kalangan. Di sini bersekolah di rumah (home schooling), belajar mandiri (self-study) dan pendidikan jarak jauh (distant learning) menjadi pilihan ang tepat bagi sebagian masyarakt saat ini. Di samping itu, kurikulum, materi ajar, dan ujian berstandar internasional yang didesain khusus bagi anak yang memilih bersekolah di rumah telah tersedia di berbagai situs internet dan bahkan untuk mendapatkan pengakuan internasional pun menjadi lebih mudah

Teknologi mutakhir harus dirancang sedemikian mudah bagi guru, pengetahuan dan keterampilan guru harus selalu ditingkatkan, dan berbagai fasilitas belajar dengan memanfaatkan sumber harus selalu tersedia untuk menghindari rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. 

 



[1]Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal 6

[2] Sharon E. Smaldino dan Deborah L. Lowther. Instructional Technology and Media for Learning: Teknologi Pembelajaran dan Meida untuk Belajar. Jakarta: Kencana, 2012) hal 7

[3] M. Rudi Sumiharsono dan Hasbiyatul Hasanah Media Pembelajaran. Jember: CV. Pustaka Abadi, 2018) hal 1

[4] Rusman. Manajemen Kurikulum. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012) hal 156


[5] Muhammad Yaumi. Media dan Teknologi Pembelajaran. (Jakarta: Prenada Media Group, 2018) hal 12-14

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Hasil Bacaan, Senin, 19 Juli 2021

  Laporan Hasil Bacaan, Senin, 19 Juli 2021 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Halo teman-teman Pe...