Laporan Hasil Bacaan, Senin, 26 April 2021
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Halo teman-teman
Perkenalkan Nama saya Anis Hasanah, NIM 11811066, kelas B, Semester 6, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak.
Blog ini dibuat dan ditulis untuk pemenuhan tugas mingguan terkait laporan hasil bacaan pribadi pada mata kuliah Magang 2 yang diampu oleh Ibu Farninda Aditya, M. Pd.
Semoga bermanfaat
PARADIGMA PENELITIAN
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan, serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan itu dapat bersifat abstrak dan umum sebagaimana halnya dalam penelitian dasar (basic research) dan dapat pula sangat konkret dan spesifik, seperti biasanya ditemui pada penelitian terapan (applied research). Penelitian dasar biasanya tidak langsung memberikan informasi yang siap pakai untuk penyelesaian permasalahan, akan tetapi lebih menekankan bagi pengembangan model atau teori yang menunjukkan semua variabel terkait dalam suatu situasi dan berhipotesis mengenai hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Oleh karena itu, tidak jarang pemecahan permasalahan dapat dicapai lewat pemaduan hasil beberapa penelitian yang berkaitan dengan perekonomian.
Paradigma Penelitian
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk memahami dan memecahkan masalah sehingga didapatkan kebenaran yang sifatnya kebenaran ilmiah. Ada kebenaran lain yang sering tidak terjangkau oleh kemampuan berpikir ilmiah, misalnya kebenaran filsafat dan kebenaran agama. Kebenaran ilmiah bukanlah kebenaran yang hakiki, tetapi kebenaran yang sifatnya terbatas pada kemampuan indra dan daya pikir rasional manusia. Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sifatnya relatif tidak tetap. Artinya, temuan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, bukan berarti menjadi satu kebenaran yang abadi. Para peneliti kemudian dapat melakukan uji ulang atas persoalan yang sama terhadap hasil temuan terdahulu.
Dalam hal masalah yang perlu dipahami dan dipecahkan, dapat berupa masalah yang bersifat keilmuan murni ataupun terapan. Tentu saja luassempitnya suatu persoalan tergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan derivasi dan kajian teori-teori yang ada. Fenomena yang dapat ditangkap oleh seorang peneliti lebih banyak tergantung pada wawasan yang dimilikinya. Semakin luas wawasan yang dimiliki oleh seseorang pada bidang yang diteliti maka akan semakin kompleks pula fenomena yang dapat ditangkapnya. Sebaliknya, semakin sempit wawasan yang dimiliki maka akan semakin sederhana persoalan atau masalah penelitian yang dapat ditangkapnya.
Karakteristik Prose Penelitian
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah. Dengan demikian, proses penelitian harus mendasarkan pada prinsip-prinsip dasar cara berpikir ilmiah, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Menurut Tuckman dan Harper (2012), karakteristik proses penelitian ada 7, yaitu sistematis, logis, empiris rasional, bersifat reduktif, replicable, transmittable, berencana dan sesuai konsep ilmiah. Masing-Masing diuraikan sebagai berikut:
Sistematis, Penelitian merupakan proses yang terstruktur dan sistematis sehingga memerlukan tahapan dan langkah-langkah tertentu untuk melaksanakannya. Dengan menggunakan pola atau tahapan yang sistematis, proses penelitian dapat diikuti oleh orang lain secara lebih mudah. Secara garis besar, langkahlangkah dalam penelitian yang sistematis adalah: (1) penentuan variabel yang akan diteliti; (2) perumusan masalah; (3) pelacakan informasi tentang penelitian terdahulu; (4) pengajuan teori yang akan digunakan sebagai model (fisikalisasi teori); (5) pengajuan hipotesis; (6) penentuan desain penelitian; (7) pengujian hipotesis yang diajukan; (8) penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji hipotesis.
Logis, Karakteristik proses penelitian berikutnya adalah logis. Salah satu kriteria langkah penelitian yang sistematis, urutannya harus logis pada setiap bagian sehingga validitas internal secara relatif dapat terpenuhi. Dengan demikian, kesimpulan penelitian dan generalisasi yang dihasilkan akan mudah dicek kembali oleh peneliti ataupun oleh pihak lain. Penelitian yang mempunyai validitas internal maupun eksternal dan disusun secara logis akan sangat berharga bagi pimpinan dan dapat dijadikan alat untuk mengambil keputusan. Logis dapat diartikan secara urutan proses penelitian yang dilaksanakan dan penyusunan laporan. Ketidaklogisan pada proses pelaksanaan penelitian dapat terlacak dari data yang diperoleh, ketidaksesuaian konsep, atau teori yang diajukan dengan tema ataupun model penelitian serta proses pengambilan kesimpulan yang mungkin keliru. Penelitian harus berkenaan dengan realitas nyata yang dapat diterima oleh panca indera.
Empiris Rasional, Penelitian harus berkenaan dengan realitas nyata yang dapat diterima oleh panca indera. Objek dan subjek penelitian harus dapat diterima oleh indera kita. Dikatakan objektif apabila penelitian ini memiliki objek serta semua pihak akan memberikan persepsi yang sama terhadap objek tersebut. Hal ini menyebabkan terjadainya “interpersonal agreement” terhadap objek yang diindra tersebut, artinya harus dihindari adanya persepsi yang hanya milik individual yang bersifat objektif. Dengan demikian, untuk dapat memahami dan memecahkan masalah, diperlukan data riil sehingga tidak sekadar pemikiran rasional, melainkan harus dapat dibuktikan dalam realitas. Selain empiris, penelitian harus juga rasional, dalam arti masalah yang akan diteliti itu dapat terjangkau kemampuan berpikir rasional manusia. Terkait dengan kriteria ini, penelitian tentang dunia kekuatan gaib, ataupun makhlukmakhluk gaib sulit dilakukan karena hal-hal gaib tersebut bukanlah suatu hal yang rasional dan empiris. Meskipun sebagai seorang yang beriman kita pasti mengakui adanya hal-hal gaib tersebut, selaku peneliti ilmiah, hal tersebut sulit untuk dijadikan tema penelitian.
Bersifat Reduktif, Seringkali terjadi seorang peneliti terjun ke lapangan tanpa membawa konsep yang jelas tentang data yang harus diambil. Hal ini menimbulkan pertanyaan, kepada siapa data tersebut dapat dilacak dan kapan harus berhenti untuk mengumpulkan data yang dimaksud? Akhirnya peneliti mengalami kesulitan karena begitu banyak data yang sebenarnya tidak terpakai (garbage data), namun ia tidak dapat memilah data yang dapat digunakan atau tidak. Sudah dapat diduga, kelanjutannya adalah peneliti mengalami kebingungan yang dalam menghadapi data atau fenomena tersebut. Bila penelitian menggunakan prosedur yang analitis untuk mendapatkan data, sebenarnya peneliti itu telah mereduksi berbagai kebingungan tentang suatu fenomena atau kejadian. Artinya, jika semula kejadian-kejadian itu tidak diketahui tujuannya dan membingungkan setelah itu diadakan penelitian, kebingungan-kebingungan ini dapat direduksi atau bahkan kejadian-kejadian itu telah dapat dihubungkan dengan kejadian lain sehingga dapat diketahui maknanya. Proses reduksi sebenarnya merupakan bagian usaha untuk menerjemahkan realitas menjadi pernyataan-pernyataan yang bersifat konseptual sehingga dapat digunakan untuk memahami hubungan kejadian satu dengan yang lainnya, dan untuk melakukan prediksi bagaimana kejadian itu akan berlangsung. Proses reduksi dalam penelitian juga harus dapat berperan dalam hal yang lebih bersifat menjelaskan (explanatory) daripada sekadar mendeskripsikan. Pada sisi ini kemampuan untuk memilah data yang memang dibutuhkan dengan data yang harus dikeluarkan sangat diperlukan. Kejelian peneliti dalam memilih data akan dapat menghasilkan simpulan yang bermakna. Sebaliknya, pemilihan data serta menganalisis data yang keliru akan sampai pada satu simpulan yang justru menyesatkan. Reduksi data, baik pada model kuantitatif ataupun kualitatif, tetap harus dilakukan, terutama pada model pendekatan penelitian kualitatif yang lebih banyak menggunakan wawancara dan observasi sebagai alat pengumpul data utama. Dengan dua model pengumpulan data tersebut, seorang peneliti kualitatif akan banyak mendapatkan data yang mungkin saja tidak saling terkait antara satu dengan lainnya. Dengan begitu, proses reduksi juga dimaksudkan untuk dapat melihat secara baik hubungan antara data satu dengan data lainnya sehingga dapat secara mudah menghilangkan data yang memang tidak memiliki keterkaitan dengan data lain atau apalagi dengan tema yang sedang diteliti.
Bersifat Replicable, Mengingat penelitian bersifat ilmiah maka harus dapat diulangi oleh orang lain atau peneliti lain sebagai upaya untuk mengecek kebenarannya. Laporan penelitian harus dibuat secara sistematis dan jelas agar dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Komponennya mulai dari variabel yang diteliti, populasi, dan sampelnya, prosedur mendapatkan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, uji hipotesis (jika ada), pembahasan, dan kesimpulan yang dihasilkan. Dengan demikian, dalam setiap laporan penelitian sosial perlu dilampirkan instrumen penelitian. Apabila peneliti menggunakan instrumen tertentu maka harus disebutkan dari mana, kapan instrumen tersebut pernah digunakan, oleh siapa, dan bagaimana hasilnya, serta bagaimana instrumen tersebut diujikan pada objek penelitian
Bersifat Transmittable, Penelitian harus bersifat transmittable, dalam arti penelitian harus mampu memecahkan masalah-masalah sehingga berguna bagi berbagai pihak yang memerlukan. Jadi, hasil penelitian itu tidak hanya untuk penelitian saja, tetapi juga dapat ditransfer ke orang lain yang memerlukan. Sifat transmittable dalam penelitian ini dapat berperan dalam pengembangan keilmuan maupun untuk bahan pengambilan keputusan. Namun demikian, harus dipahami bahwa ada perbedaan yang kuat antara sifat transmittable dalam penelitian seperti penelitian eksak dengan penelitian sosial. Penelitian eksak memiliki ukuran yang pasti tentang kontribusi pragmatis hasil penelitiannya bagi kehidupan, sementara ukuran bagi penelitian sosial erat kaitannya dengan situs dan konteks. Artinya, sulit diharapkan kontribusi cepat bagi suatu penelitian sosial. Seperti fenomena membandingkan dokter yang memberikan suntikan atau obat pada pasien dengan seorang konsultan sosial yang memberi arahan. Pasien penerima obat atau suntikan akan mendapatkan hasil yang cepat dari terapi yang diberikan dokter. Sebaliknya, pasien konsultan tentunya tidak seketika mendapat hasil sebagaimana yang diharapkan.
Berencana sesuai dengan Konsep Ilmiah, Berencana artinya dilaksanakan karena adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya. Dengan demikian, seseorang meneliti tidak dapat serampangan atau semaunya saja tanpa ada rancangan khusus. Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan (Idrus, 2009).
Sumber:
Dr. Etty Puji Lestari. EKMAS 300/Modul 1
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Edisi Kedua. Penerbit Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar